Jepara,memoterkini.com – Hasil pantauan media ini,ikut monitor geger begal di Desa Srobyong yang menduduki tanah Suwito Wijoyo, mereka berlagak eksekutor pengadilan. Dulunya dalam bahasa Jawa kuno disebut dengan BRANDAL( kelompok maling,rampok,begal ).

Scroll Untuk Lanjut Membaca
Wajarkah Para Begal Saling Rebutan Tanahnya Suwito Wijoyo Lahannya Mendulang Emas Bernilai Milyaran

Status cap,dulu dari masyarakat Jawa menyebutnya demikian.
Seperti hal itu terjadi di Desa Srobyong,tanah Suwito Wijoyo hendak dibegal.

Rampok,brandal yang punya perilaku jahat dan busuk untuk mendapatkan sesuatu hasil dari menghalalkan segala cara.

itulah yang demikian kiranya sempat terlontar dari keluarganya Suwito Wijoyo yang merasa resah,terjajah,terdzolimi oleh ulah para begal sesaat di wawancarai oleh media ini.

Bahkan Petinggi Desapun berkata demikian.”Tanahnya strategis bisa dibuat usaha apapun,lahan yang luasnya 13.815 m ditafsir dengan harga fantastis sekitar 10 milyar lebih.
Setelah di buat usaha para pengusaha 3 negara sinmalindo (singapura,malaysia dan indonesia ).Sudah hampir 20 tahun tanah tersebut tak difungsikan lagi jadinya tak dirawat banyak tumbuh rumput.” ujar pemuka Desa itu kepada media ini,12/12/2024.

Hasilnya dalam penelusuran media ini, yang meminta keterangan dengan sejumlah pihak yang paham dengan asal usul tanah tersebut, menjelaskan .
”Setelah dianggap tak bertuan,saat itu Mr.Lie Danu Suncipto dengan nekatnya memberanikan diri mengakui tanah tersebut adalah miliknya”.ujar sumber yang tidak setuju diberitakan namanya.

Katanya sumber itu tadi, dengan kedatangan orang orang yang memakai kabaret merah, berseragam mirip tentara. ” Leres tanah dari Mbah saya,tanahnya direbut dengan meminta bantuan dan dukungan rombongan kelompok oknum oknum pengacara dan salah satu ormas untuk membuat rewo rewo di Desa Srobyong “.ungkap sumber tak mau nama disebut media.

Keterangan yang didapat media ini dengan menghimpun informasi dari 27 ahli waris Suwito Wijoyo.Meskipun tanah tersebut bermula tidak pernah dirawat, bukan berarti tidak ada pemiliknya.

Yang jelas,ada sejarahnya dari peninggalan penjajah Belanda, “NYA DJAM SUE”antek Belanda itu, menyerahkan atau memasrahkan kepada Suwito Wijoyo untuk mengelolanya.

Dengan demikian pihak Desa dimasa itu,yaitu pada masa pemerintahan kepala Desa MASKURI, Petinggi itu pernah mengatakan, akan membantu ahli warisnya dari Suwito Wijoyo, untuk bisa dibuatkan sertifikat hak milik demikian kiranya asal usulnya.

Sementara itu saat didatangi lagi dirumahnya,ahli waris Suwito Wijoyo diantaranya adalah Muh Ali dan Sutarman. “tanah tersebut memang peninggalan kakek saya suwito wijoyo buktinya kita pernah bayar pajak terkait tanah tersebut”bantahnya berdua.

“Apabila memang itu tidak tanah Mbah saya,kenapa ada bukti PBB (bayar pajak masa dulu) sebagai bukti bahwa tanah itu pernah dirawat dan dikelola, itulah bukti bahwa kita taat pernah membayar pajak .”kata ahli waris Mu Ali di temani Sutarman.

Lalu media ini hendak minta penjelasan dengan keterangan Kepala Desa Srobyong,Mohammad.

Aneh dan memakluminya, adanya,geger geger srobot menyerobot tanah Suwito,diduga Petinggi sengaja menghindar, ngumpet dari buronan awak media untuk minta keterangan dari ucapan Mohammad.

Dialah yang paham betul tentang status tanah tersebut di buku Partisi Desa atau buku dokumen tanah tanah di Desa Srobyong.
Akan hal itu Mohammad diduga hendak main main dengan tanah tersebut.
Benar tidaknya Petinggi bisa dikatakan takut dengan kelompok Begal yang menduduki tanah layaknya penjajah Jepang.

Tetapi pihak media hendak ingin sepatah dua kata dari Petinggi, tetapi tidak bisa ditemui alasannya karena sedang pergi?.
Entah sengaja menghindar atau tidak mau dimintai keterangan Kepala Desa Srobyong rumahnya disunyikan, ditutup pintunya rapat rapat menolak keras kedatangan awak media.

Meskipun Mohammad, tidak mau ditemui media ini,ada salah satu warganya mengatakan,”tanah Suwito Wijoyo itu,kalau dijual sangat mahal harganya,pantas kalau itu jadi rebutan”. ucapnya.

“tapi jangan berbuat nekat sehingga bisa berakibat fatal,bilamana leluhur tidak menerimakan akan di tumpas oleh Danyang Desa Srobyong”.ujar Mbah tua bercaping itu.( Sadikin )

Reporter: Redaksi