Tuban, memoterkini.com-Budaya pungli terus saja terjadi dan kian menggurita, seperti yg terjadi di obyek vital Pertamina EP yang berada di wonocolo, Kabupaten Bojonegoro.
Dengan kedok koordinasi yang ujung-ujungnya hanya menjadi alat untuk meminta upeti dengan jumlah yang menggila, seperti yang sedang menjadi bahan perbincangan akhir-akhir ini.
Berdasarkan informasi yang dihimpun awak media ini bahwa adanya praktik-praktik pungli yang dialami oleh vendor Pertamina EP oleh oknum kades Banyu Urip, kecamatan Senori,kabupaten Tuban.
Menurut sumber yang enggan disebut namanya mengatakan kepada awak media ini bahwa oknum kades mematok uang koordinasi sebesar 35.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah) untuk satu kali mobilisasi peralatan yang melintas.
“Jika tidak maka truk pengangkut peralatan tidak boleh melintas,” ucapnya.
Sementara salah satu karyawan vendor Pertamina EP pada awak media ini mengatakan membenarkan terkait perihal dugaan pungli yang dilakukan Kades Banyu Urip.
“Hal itu benar adanya dan itu bukan hal baru dan sudah menjadi kebiasaan,” tandasnya,
Dalam hal ini yang menjadi pertanyaan apakah dibenarkan perihal semacam ini terus dibiarkan dan menjadi budaya, lalu kemana uang hasil pungli itu bermuara.?
Hingga berita ini diterbitkan kades Banyu Urip belom bisa dikonfirmasi akibat masih sibuk terkait kasus meninggalnya dua pekerjanya pada saat membersihkan sumur 31-okterber-2023 sekitar pukul 15.00 WIB, diduga akibat keracunan gas beracun (Hs2) yang masih berproses di polres Tuban. (TIM)